Mungkin sebagian orang ada yang belum familiar dengan 'jagung pulut'. Ya memang, jagung ini diberi nama demikian karena memiliki tekstur seperti ketan alias pulen dan lengket. Beda dengan jagung umumnya yang berwarna kuning, jagung pulut berukuran lebih kecil, berwarna putih (ada juga yang kuning) dengan buliran jagung yang lebih besar.
Walaupun di beberapa daerah di pulau Jawa jagung pulut dapat ditemukan, namun teksturnya lebih keras dibanding dengan jagung pulut Sulawesi. Ciri khas jagung pulut Sulawesi sangat empuk karena memiliki kandungan amilopektin yang lebih tinggi. Kandungan inilah yang membuat jagung memiliki sensasi lengket (sticky) dan lebih kenyal (source : antaranews.com). Umumnya di beberapa daerah di Sulawesi Selatan, jagung ini diolah dengan cara direbus. Pada saat mau disantap disajikan bersama sambelnya, campuran cabe garam dan perasan jeruk limau *duh jadi ngeces deh membayangkan*. Pokoknya benar-benar nikmat deh...walaupun dengan pengolahan minimalis alias cuman direbus. Nah kalo di luar negeri, kayaknya jenis jagung inilah yang diolah untuk dijadikan tepung.
Dulu aku udah pernah bikin jajanan khas Sulawesi dari jagung pulut kering yang sudah dikupas kulit luarnya. Namanya bubur 'bassang'. Tapi karena kemarin aku dapat jagung pulut segar di pasar, aku mau bikin versi lain bubur jagung. Mamaku biasa bikin seperti membuat bubur manis pada umumnya dengan campuran santan dan gula merah. Biasanya beliau menambahkan sedikit beras supaya buburnya jadi lebih banyak. Nah kalo pada umumnya kita menambahkan tepung maizena, tepung beras, atau tepung terigu untuk mengentalkan kuah...bubur jagung ini tidak memerlukan sama sekali. Kuahnya sendiri sudah kental dari saripati jagung yang keluar pada saat proses memasak. Resepnya berikut ini...pake ilmu kira kira:
Bahan :
- 5 buah jagung pulut, serut
- 1 genggam beras
- 500 gr gula merah, masak dengan sedikit air lalu saring
- 1200 ml air untuk merebus
- 1000 ml santan
- sejumput garam
- daun pandan
- santan kanil tuk saus siraman
Cara membuat :
- Masak jagung, beras, daun pandan dan air sampai betul betul empuk dan beras menjadi bubur (aku pake presto).
- Tambahkan santan, garam dan gula merah, masak lagi sambil sesekali diaduk sampai mendidih dan kuah mengental.
- Sajikan hangat dengan saus santan kental (santan kanil yang dimasak bersama sedikit garam)
7 comments:
waa.. kebetulan kemaren ada teman saya, bikin bubur jagung, katanya dia kangen dengan bubur jagung yang pernah di makannya waktu kecil (kebetulan bapaknya org Bugis juga ^^)
sayangnya dia bikinnya dari jagung manis dan kuahnya ga di tambahin maizena, jadinya cair dan sama sekali ga mirip dengan memori bubur jagung yg dulu dia makan :D
saya cuma bilang, kalo di sulawesi jagung yg di pakai itu beda, bukan jagung manis tapi jagung pulun jadinya bubur kental ^^a
sayangnya di samarinda ga ada jagung pulun -_-
Waaaaah turut prihatin nggak bisa icip bubur jagung favoritnya teman Mbak, sayaaaang ya kenapa di sana gak ada jagung pulut. Mungkin kalo mau dikirim keluar Sulawesi jagungnya keburu keriput. Makanya jagungnya tuk konsumsi lokal aja...kayaknya daerah lain harus mulai nanam sendiri ya...
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Ibu Hesti, apakah boleh menggunakan foto ibu yang jagung pulut berdampingan dengan jagung biasa (kuning)
untuk sebuah artikel tentang jagung pulut di non profit blog?
Nama blog nya http://omarniode.org/blog.php
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Amanda
Waalaikumsalam warahmatullah...
Dengan senang hati Ibu. Saya sudah pernah berkunjung ke blog tersebut kemaren pas baca postingannya Mbak Vania. Suka dengan blognya...jadi silahkan saja dipakai fotonya ^^. Tapi itu ada watermarknya ibu, kalau mau bisa dikaburkan/dihilangkan saja. Nggak masalah.
Thank youuu. Masih tinggal di Soroako mbak Hesti ? Saya pernah di sana 3 bulan :-)
Iya bu, masih setia di sini hehe ^^
Wah ternyata sudah pernah ke sini, artinya sudah pernah juga merasakan air danau Matano dong bu?? apa ada keluarga ibu di sini?
sip muanta.
Post a Comment